Wednesday, 17 December 2014

Apa penyebab warna air dalam tambak dalam budidaya udang?

Warna air cukup berpengaruh terhadap kehidupan udang yang dibudidayakan. Warna perairn biasanya dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya (true colour) dan warna tampak (apparent colour). Warna sesungguhnya adalah warna yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut karena bahan-bahan tersuspensi yang biasanya menyebabkan nilai kekeruhan tinggi, telah dipisahkan pada penentuan warna sesungguhnya ini. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya disebabkan oleh bahan terlarut tapi juga oleh bahan tersuspensi. Warna air diakibatkan bahan organik dan anorganik karena keberadaan plankton, humus, dan ion-ion logam seperti Besi dan Mangan serta bahan lainnya yang dapat menimbulkan warna pada perairan. Bahan-bahan kimia yang terlarut di perairan adalah penyebab warna sesungguhnya.

Agar kita tidak terkecoh tentang warna air tambak kita, maka kita perlu mengetahui apa penyebab warna air tersebut. Apabila kita melihat air berwarna kemerahan itu bisa jadi adanya oksida besi yang terdapat dalam konsentrsi yang cukup banyak. Oksida Mangan mengakibatkan warna kecoklatan atau kehitaman. Kadar Besi 0,3 mg/l dan Mangan 0,05 mg/l sudah dapat menimbulkan warna di perairan  Klasium karbonat (CaCO3) yang berasal dari daerah kapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik seperti tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati menimbulkan warna kecoklatan di perairan. Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis.

Warna perairan pada umumnya diakibatkan oleh partikel koloid yang bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna ini dapat dilakukan dengan penambahan koagulan (zat penggumpal) yang bermuatan positif seperti Aluminium dan besi (Sawyer dan McCarthy, 1978). Selain disebabkan oleh partikel koloid yang tersupensi, warna perairan juga dapat disebabkan oleh peledakan (blooming) fitoplankton. Dalam budidaya udang warna air yang disebabkan keberadaan plankton yang disenangi adalah warna hijau muda (cincau) dan hijau kecoklatan.

Berapa kadar salinitas air yang baik pada air tambak dan jelaskan cara penggunaan alat pengukur salinitas air?

Salinitas penting diukur pada perairan laut dan payau. Salinitas adalah konsentrasi dari total ion-ion yang terdapat di perairan . Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida telah diganti oleh klorida, dn semua bahan organik telah dioksidasi. salinitas (kadar garam) menggambarkan kandungan garam-garam yang terlarut dalam air yang membedakan jenis air menjadi tawar, payau dan asin. Salinitas dinyatakan dalam gram/kg atau promil (%0). Salinitas air yang cocok untuk bagi kehidupan dan tertumbuhan krustasea adalah antara 10-30 %0. Salinitas 50 %o udang masih dapat hidup namun pertumbuhannya terhambat. Udang yang kecil masih memerlukan kadar garam 15-25 %0 agar pertumbuhannya optimal, bila umur udang sudah 2 bulan maka kadar garam yang baik untuk pertumbuhannya adalah 25-30 %0. Oleh karena itu salinitas air tambak sebisanya dipertahankan pada 15-30 %0 sebagai salinitas idealnya.

Tambak dengan kadar salinitas lebih dari 28 oC, baik untuk membesarkan udang putih lokal ( P. merguiensis atau P. indicus).  Udang (benur), bahkan kadang-kadang banyak juga yang masuk langsung ke dalam petakan tambak bersama air pasang pada musim tertentu. Pada umumnya kenaikan kadar garam terjadi menjelang musim kemarau. Oleh karena itu keberadaan kolam penampungan (kolam tandon) yang berisi air tawar penting, ketika sumber air mengandung salinitas yang tinggi maka dapat diencerkan dengan air pada kolam tandon.
 
Alat ukur salinitas adalah salinometer dan Refractometer.
Alat yang umum digunakan oleh para petambak baik tambak tradisional, semi intensif, maupun yang intensif adalah Refractometer. Alat ini sangat praktis dibawa ke lapangan dan mudah dioperasikannya. Prinsip kerja Refraktometer ialah memancarkan cahaya yang dilewatkan pada setetes air contoh yang hendak diperiksa, lalu dijadikan petunjuk di dalam alat ini secara tepat dan akurat. Dengan refractometer, bias karena perbedaan suhu tidak terjadi. Pada suhu air berapapun, hasil pengukuran salinitas tetap sama.

Sebelum dipergunakan, terlebih dahulu refractometer dites dengan meneteskan akuades berkadar garam nol. Bila setelah dilihat ternyata ada tanda garis-garis didalamnya tidak menunjukkan pada angka nol, maka putaran pada ujung alat tempat tempat melihat nilai salinitas dapat diputar-putar perlahan sampai garis menunjukkan pada nol tepat.  setelah dilakukan kalibrasi, alat refractometer dapat dioperasikan.

Setelah dipergunakan, refractometer harus dikeringkan dengan lap atau kertas tisu. Caranya basahi kain lap atau kertas tisu dengan air suling, lalu lap kaca alat dengan hati-hati dan merata, sehingga butir-butir garam yang ada pada kaca hilang. Pengukuran salinitas sebaiknya dilakukan dua kali sehari agar dapat dijadikan data nilai salinitas tambak kita. Dampak salinitas tinggi, kelarutan DO di dalam air rendah (cepat jenuh), oleh sebab itu pemasangan kincir untuk menyuplai oksigen perlu dilakukan. Untuk tambak tradisional tanpa kincir, petambak dapat mengaduk air dengan menggunakan perahu sambil mengaduk air dengan dayung mengitari tambak.

Jelaskan manfaat pentingnya ekosistem hutan bagi kehidupan ?

Ekosistem merupakan suatu pola interaksi antara komponen abiotik dan biotik di dalamnya yang saling terkait satu sama lainnya. Ada beragam jenis ekosistem ini yang jika disatukan maka akan membentuk biosfer. Salah satu jenis ekositem yang sangat penting keberadaannya adalah ekosistem hutan. Ia merupakan kelompok ekosistem alamiah daratan yang sering dijuluki “paru-paru bumi”. Salah satu parameter mudah untuk menakar kesehatan bumi adalah dengan mencermati keadaan hutannya. Dan, jika diambil sampel yang ada dewasa ini, bisa kita simpulkan bumi sedang “sakit” sebab semakin hari ekosistem hutan semakin terbatas hanya pada wilayah tertentu saja. Ekosistem hutan adalah kawasan dimana terdapat keanekaragaman yang paling tinggi di daratan. Ia merupakan rumah bagi tumbuhan dan juga hewan. Keberadaannya tak hanya sebagai pendaur udara saja tetapi juga penting karena:
  •  Berfungsi sebagai sarana hidrologis yakni gudang tempat menyimpan air. Hutan memang mampu menyerap air dan embun dan kemudian mengalirkannya ke sungai melalui mata air yang terdapat di kawasan hutan tersebut. Hutan sebagai penadah air akan membuat air hujan tidak tergenang dan sia-sia.
  • Ekosistem hutan berperan sebagai pengunci tanah sehingga menghindarkan dari ancaman bencana alam semacam longsonr juga erosi tanah.
  • Hutan merupakan dapur alami, tempat dimana pepohonan “memasak” unsur hara dan kemudian dialirkan ke sekitarnya. Meski ia berada di daratan, tetapi aliran energi pepohonan yang ada di hutan ini sampai ke tumbuhan yang ada di perairan misalnya di sungai.
  • Hutan merupakan “polisi iklim”. Ia mengatur dengan cara memproduksi oksigen atau o2 melalui dedaunan pohonnya. O2 sangat dibutuhkan manusia, karenanya keberadaan hutan sangat penting. Hutan mendaur ulang co2 (termasuk yang dikeluarkan manusia) yang ada di bumi dan menjadikannya oksigen.
  • Sebagai tempat produksi embrio flora dan fauna untuk memperkaya keanekaragaman hayati. Hutan juga merupakan sarana pertahanan ekosistem lainnya.
  • Hutan bisa berperan sebagai sumber makanan bagi penduduk di sekitarnya sebab pepohonan yang hidup di dalamnya juga menghasilkan sejumlah bahan makanan seperti buah dan lain-lain. Tak hanya itu, jika kita cermat dan bijak, hutan juga menyediakan kayu untuk digunakan manusia mencukupi segala keperluannya.
  • Manfaat ekosistem hutan lainnya adalah sebagai sarana rekreasi. Jika dikelola dengan baik, hutan juga bisa menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Jelaskan interaksi antar populasi dan interaksi antar komunitas?

Interaksi Antar-populasi. Interaksi dalam ekosistem juga melibatkan hubungan di antara populasi. Pola interaksi ini dibagi ke dalam beberapa kelompok yakni:
1) Aleopati, yakni hubungan antara populasi dimana populasi yang satu menghasilkan sejumlah zat yang bisa menghalangi tumbuh dan kembangnya populasi lainnya. Contoh hubungan ini adalah pohon walnut yang jarang ditumbuhi tanaman lainnya di sekitar ia tumbuh sebab ia menghasilkan zat yang bersifat racun atau toksik. Pola hubungan ini disebut juga dengan nama anabiosa.

2) Kompetisi, adalah pola hubungan di antara populasi dimana keduanya memiliki kepentingan yang sama sehingga berujung pada hubungan kompetisi untuk mendapatkan hal yang dituju tersebut. Contoh pola hubungan ini adalah binatang domba, zebra, sapi, kuda juga rusa yang hidup di ekosistem dan saling bersaing mendapatkan rumput sebagai makanan.

Interaksi Antar-KomunitasSecara sederhana, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang berbeda di satu tempat yang sama dan saling menjalin interaksi. Misalnya saja hubungan populasi sawah dengan populasi sungai. Di dalam sungai terdapat banyak organisme membentuk populasi, kemudian sistem pangairan dari sungai ke sawah akan mempertemukan antara komunitas sawah dengan komunitas sungai dan akan terjadi peredaran nutrient dari air sungai ke sawah.

Interaksi dalam ekosistem yang melibatkan komunitas sangat kompleks sebab tak hanya melibatkan bermcam-macam organisme tetapi juga melibatkan aliran makanan juga energi. Interaksi antara komunitas ini bisa diamati dengan jelas misalnya pada daur ulang karbon yang melibatkan dua jenis ekosistem yang berbeda misalnya antara ekosistem laut dan juga darat.

Apa yang dimaksud dengan sistem ekologi dan ekosistem hutan?

Satuan pokok ekologi adalah ekosistem atau sistem ekologi yakni satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati berimteraksi membentuk suatu sistem. Ekosisitem dicirikan dengan pertukaran materi dan transpormasi energi yang sepenuhnya berlangsung di antara berbagai komponen dalam sistem itu sendiri atau dengan sistem lain diluarnya.

Ekosistem adalah ungkapan pendek untuk sistem ekologi. Bagi beberapa orang, “sistem ekologi merupakan sinonim untuk sistem lingkungan. Aliran energi menghasilkan jaringan-jaringan transfortasi energi yang khas, interaksi umpan balik, dan daur ulang. Jaring-jaring tersebut membentuk hirarki dari transformasi energi yang khas, interaksi umpan balik dan daur ulang. Suatu sitem lingkungan adalag suatu jaringan bagian-bagian komponen dan proses-proses komponen pada skala lingkungan contohnya hutan, sawah , danau , laut, daerah pertanian. Semua areal tersebut biasanya tersusun atas organisme hidup, siklus kimia, aliran air, komponen bumi dan seterusnya.

Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area ditambah dengan keadaan fisik yang mana saling berinteraksi. Karena tidak ada perbedaan yang tegas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi atas daerah dan unsur penyusun. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling keterkaitan antara satu hal dengan hal yang lain, saling

ketergantungan, dan hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang berkesinambungan. Suatu ekosistem tidak pernah terisolir dari suatu sistem lainnya. Ekosistem bersifat kompleks dan dinamis. Ekosistem terintegrasi oleh arus energi dan benda-benda diantara organisme dan lingkungannya. Ekosistem dengan piramida biomas terbalik harus didukung oleh turnover time secara cepat pada tingkat trofik yang rendah. Sebuah ekosistem memperoleh energi dari suatu sumber, energi tersebut dapat disimpan atau dirubah ke dalam bentuk kerja.

Ekosistem hutan adalah sistem ekologi yang saling terkait antara lingkungan dengan makhluk hidup yang menempati hutan. Menjadi tatanan kesatuan utuh yang tidak terpisahkan atas berbagai unsur kehidupan organisme dan anorganiasme. Organisme berkembang dalam komunitas dan terjalin dalam sebuah sistem dengan lingkungan fisik untuk keperluan kehidupan.

Tuesday, 16 December 2014

Jelaskan proses pengolahan bahan rempah simplisia?

Proses pengolahan bahan rempah yang banyak dilakukan antara lain berupa simplisia, oleoresin, jahe instan, dan banyak lagi produk tradisional yang lain.
a) Simplisia 
Simplisia berdasarkan kodifikasi peraturan perundang-undangan obat tradisional adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat melalui proses yang sederhana yaitu proses pengeringan. Kadar air dari simplisia berkisar antara 8-10 % dimana pada kadar air tersebut, bahan cukup aman dari pencemaran baik oleh jamur maupun mikroba. Proses pengeringan yang dilakukan melalui penjemuran atau menggunakan aliran udara panas. Bahan rempah yang dibuat menjadi simplisia misalnya jahe, kunyit, kencur, temulawak dan lain-lain.

Proses awal pembuatan simplisia dimulai dengan tahap pencucian bahan. Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada bahan. Proses berikutnya adalah pengecilan ukuran dengan cara mengiris rimpang dengan ketebalan 7-8 mm. Selanjutnya irisan rimpang dijemur di panas matahari hingga kadar air mencapai 8-10 %. Pengeringan dengan sinar matahari sebaiknya dilakukan dalam rumah pengering yang tertutup tetapi sinar matahari dapat menembus ke dalamnya. Rumah pengering ini dibuat sedemikian rupa sehingga menjamin terjadinya sirkulasi udara misalnya melengkapinya dengan blower atau dibuat ventilasi. Jika tidak menggunakan rumah pengeringan, penjemuran dengan sinar matahari dapat menggunakan rak yang ditutup dengan plastik dan harus dibuat sedemikian rupa untuk menjamin sirkulasi udara.

Tanda umum yang dapat digunakan untuk mengetahui bahwa kadar air simplisia kurang dari 10 % yaitu simplisia yang telah dihasilkan mudah untuk dipatahkan. Alas yang dipakai untuk menjemur rimpang cukup sederhana dan hanya memerlukan lantai jemur, yang umum digunakan adalah lantai penjemuran dari semen dan rak penjemuran dari kayu atau bambu. Rimpang jahe yang akan dijemur di sebar secara merata dan pada saat tertentu dibalik agar panas merata dan rimpang tidak retak.

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penjemuran adalah ketebalan tumpukan dari jahe agar proses pengeringan dapat efektif. Penjemuran dengan sinar matahari memiliki kelemahan dimana kita tidak dapat mengontrol suhu dan kelembaban, tergantung keadaan cuaca sehingga yang beresiko pengeringan berlangsung lama dan bahan mudah tercemar akibat lama kontak dengan udara luar. Selain dengan cara penjemuran, proses pengeringan ini dapat menggunakan oven pengering. Kelebihan dari penggunaan oven ini adalah kemudahan dalam mengontrol suhu dan kelembaban sehingga dharapkan waktu yang dibutuhkan untuk proses pengeringan lebih singkat dibandingkan dengan cara penjemuran. Pengeringan dengan menggunakan oven juga dapat meminimalkan resiko kontaminasi karena pada saat pengeringan, bahan tidak kontak dengan udara luar.

Apa saja karateristik bahan rempah dan jeins kelompok bahan rempah berdasar efek terhadap penampakan dan karakter rasa serta aroma?

a. BAHAN REMPAH
1) Karakteristik Bahan Rempah
Negara kita sejak dulu terkenal memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah maupun bahan penyegar. Kekayaan alam berupa rempah-rempah tersebutlah yang menyebabkan Indonesia menjadi negara tujuan dari negara-negara barat yang kemudian menyebabkan terjadinya penjajahan.
Dalam keseharian, rempah digunakan untuk memasak dan bahan pembuat jamu. Rempah-rempah juga berperan sebagai bahan pada pembuatan obat dan kosmetik. Rempah-rempah bersifat sangat aromatik karena mengandung minyak atsiri yang cukup tinggi sebagai komponen cita rasa yang spesifik. Bahan rempah dapat dikelompokkan berdasarkan kesamaan dalam memberikan efek terhadap penampakan dan karakter rasa serta aroma. Pengelompokan rempah tersebut antara lain :

a) Rempah pedas
Rempah yang termasuk dalam kelompok rempah pedas ini antara lain cabai, merica dan jahe. Kepedasan merica berbeda dengan kepedasan cabai. Kepedasan merica disebabkan oleh kandungan piperine yang berbentuk kristal. Kepedasan cabai disebabkan oleh senyawa capsaicin yang kadarnya berbeda dan tergantung varietasnya. Sedangkan jahe, kepedasan dipengaruhi oleh senyawa yang tidak teruap yaitu zingerone, gingerol dan shogaol.

b) Rempah dari buah aromatik
Komponen terpenting dari rempah kelompok ini adalah kandungan minyak atsiri pada bahan. Kandungan minyak atsiri pada pala berbeda pada biji dan fulinya. Kandungan minyak atsiri pada biji pala berkisar antara 16-17 %. Sedangkan pada fuli berkisar 4-15 %. Pala dan fuli sering ditambahkan dalam biskuit, roti dan sup. Rempah lain yang termasuk dalam kelompok aromatik ini adalah kapulaga yang masih merupakan keluarga dari jahe-jahean. Kapulaga memiliki aroma yang unik dan eksotik serta pedas, spicy dan disertai rasa manis.

c) Rempah dari keluarga umbelliferous
Rempah yang termasuk kelompok ini antara lain bunga lawang, ketumbar dan jinten. Bunga lawang mengandung aroma yang spesifik yang berasal dari α-pinene, anethole, methyl chavicol, dan anisketon. Ketumbar mengandung pinene, dipentene, λ-cymene, α-terpinene, δ-linalool, geremol dan λ-borneal. Jinten mengandung α-cymene dan mengandung cuminyl alcohol, β-phellandrane dan cumin aldehyde. Bahan-bahan ini banyak digunakan dalam makanan tradisional.

d) Rempah yang mengandung senyawa Cinnamone aldehyde
Rempah yang termasuk dalam kelompok ini adalah kayu manis yang diperoleh dari kulit batang pohon Cinnamomum Zeylanicum. Minyak atsiri yang terkandung berkisar antara 1,5-2,5%. Kayu manis banyak digunakan dalam sirup, permen, kue, sirup, kari dan olahan buah-buahan.
 
e) Rempah yang mengandung senyawa fenolik (Eugenol)
Cengkeh dan daun salam merupakan rempah yang banyak mengandung senyawa fenolik. Daun salam banyak digunakan pada makanan dan banyak juga digunakan untuk obat-obatan.

f) Rempah yang memberi efek warna
Kunyit merupakan rempah yang memberi efek warna kuning yang sensitif terhadap pH. Pada kondisi asam, warna kunyit akan semakin cemerlang. Sedangkan pada kondisi basa warna kunyit akan berubah menjadi merah.

Bagimana cara memelihara kuantitas air dalam pemeliharaan udang ?

Kuantitas air Selama kegiatan pemeliharaan udang, kuantitas (volume) air harus selalu dipertahankan sesuai dengan volume yang ditetapkan. Pengaruh dari menyusutnya volume air tambak memang tidak terlalu vital, namun cukup berbahaya apabila tidak segera diatasi. Dampak dari penurunan volume air tambak adalah:
  1.  Suhu air akan berfluktuasi tinggi. Hal ini disebabkan pada volume air yang sedikit air akan cepat panas, dan akan cepat juga melepas panas.
  2. Konsentrasi salinitas air cenderung lebih tinggi, karena penguapan air yang tinggi menyebabkan partikel-partikel garam yang mengendap semakin banyak. Sebagai contoh adalah tambak garam yang airnya sengaja dikeringkan untuk dipanen garamnya.
  3. Untuk tambak semi intensif dan intensif, kondisi volume air yang kurang menyebabkan kekeruhan air meningkat, karena penggunaan kincir angin akan mengaduk dasar tambak sehingga lumpur akan terangkat.
Penggantian air media pembesaran yang dilakukan secara terprogram, akan dapat menjamin kondisi kualitas air yang optimal seperti DO, pH, alkalinitas, dan gas-gas beracun lainnya. Pada kondisi kualitas air yang kritis (menurun), maka harus dilakukan penggantian air baru yang steril dengan volume air yang lebih banyak (penggantian air baru yang steril bisa mencapai 30%), sehingga dengan kondisi seperti ini harus ada/tersedia sejumlah air yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas. Dengan demikian, apabila petakan tambak yang anda kelola menggunakan sistem air tandon (petak karantina), maka air di petak tandon harus selalu tersedia cukup untuk menggantikan air yang dibuang. Untuk mensterilkan air bisa diaplikasi kaporit dengn dosis 5 – 10 ppm.

Tujuan penambahan volume air pada petakan tambak adalah untuk:
- Menambah air yang hilang akibat rembesan dan penguapan (evaporasi)
- Mengencerkan plankton apabila kondisi plankton di kolam dalam keadaan blooming.
- Memperbaiki kondisi parameter kualitas air, khususnya bahan-bahan organik yang terlalu pekat dan zat-zat beracun

Kualitas Air Media Budidaya
Kualitas air tambak yang baik, sudah tentu akan mendukung pertumbuhan dan perkembangan udang secara optimal. Oleh karena itu kualitas air tambak harus selalu diperiksa dari segi kelayakannya, dan apabila terlihat kecenderungan penurunan kualitas airnya, maka kita harus melakukan langkah-langkah pengelolaan sesuai dengan faktor kualitas air yang mengalami penurunan kualitas tersebut.
Mengapa faktor kualitas air sangat berpengaruh dalam pembesaran krustasea?
  1. Krustasea merupakan biota air yang sangat peka (kurang dapat beradaptasi) terhadap sebagian besar faktor-faktor kualitas air, terutama terhadap bahan-bahan beracun. Bandingkan dengan ikan. Sebagai contoh banyak jenis ikan yang tahan terhadap bahan-bahan beracun seperti ikan bandeng (Chanos chanos).
  2. Kondisi kualitas air yang buruk dapat memicu berkembangnya penyakit. Mungkin kalian masih ingat teori hubungan antara inang, fathogen, dan kualitas air, yang berpengaruh terhadap perkembangan penyakit di perairan, dalam hal ini penyakit di tambak.
  3. Faktor kualitas air juga berpengaruh terhadap kesuburan perairan akibatnya kelimpahan plankton. Dengan demikian berarti pakan alami yang diharapkan tidak akan tersedia dengan jumlah yang cukup. Salah satu contoh faktor yang berpengaruh terhadap kesuburan perairan tersebut adalah pH. Apabila pH perairan rendah maka nutrien yang ada di perairan tidak akan direspon dengan baik oleh plankton untuk kebutuhan fotosintesis, sehingga plankton tidak akan berkembang.

Sebutkan lokasi-lokasi perairan payau apa saja?

Berikut ini lokasi-lokasi perairan payau.
a) Perairan payau di muara sungai dan pantai
Sungai yang membawa air tawar dari daratan akan bermuara di pantai, sehingga air tersebut bercampur dengan air laut membentuk air payau. Akibatnya perairan di sekitar muara sungai bersifat payau. Berbeda dengan air tawar dan air laut, air payau memiliki salinitas dengan kisaran yang sangat lebar, yakni berkisar antara 6-29 ppt. Perairan payau memiliki salinitas yang berfluktuasi dan dengan kisaran yang sangat lebar. Kondisi demikian membentuk komunitas biota (darat dan air) yang khas. Kadar salinitas air payau di muara sungai dan pantai dekat muara sungai dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain: musim, kisaran pasang surut air laut, topografi pantai, dan sifat sungai. Pada pada musim penghujan, volume dan debit air sungai yang bersifat tawar meningkat, sehingga perairan di sekitar muara sungai dan patai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung tawar (salinitas 0-10 ppt). Sebaliknya, pada saat musim kemarau ketika volume dan debit air sungai kurang, maka perairan di sekitar muara sungai dan pantai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung asin (salinitas berkisar antara 25-35 ppt).

 
Kondisi pasang yang tinggi (spring tide) yang terjadi pada awal bulan komariah (bulan arab) dan pertengahan bulan (bulan purnama) ketika kedudukan bulan dan matahari tegak lurus dengan bumi, menyebabkan air laut masuk ke muara sungai bahkan masuk lebih jauh. Hal ini akan menyebabkan kadar salinitas air payau tinggi mendekati asin. Tetapi pada pasang biasa (neap tide), salinitasnya tidak banyak berfluktuasi, karena air laut tidak besar pengaruhnya terhadap perairan payau di sekitarnya.

b) Perairan payau di rawa
Rawa payau adalah genangan air yang terbentuk akibat adanya legokan (cekungan) di belakang garis pantai yang digenangi air saat pasang air laut. Pada saat surut, air tersebut tetap tinggal dalam cekungan akibat tertahan oleh pantai. Elevasi pantai lebih tinggi dari dasar rawa payau akibat sedimentasi atau proses alamiah lainnya. Selain oleh pengaruh pasang surut air laut, penggenangan (inundasi) rawa payau bisa disebabkan oleh adanya saluran sempit yang menghubungkan rawa tersebut dengan laut. Berbed dengn perairan payau pada muara sengai dan pantai, perairan rawa payau, airnya bersifat stagnan. Salinitas perairan rawa payau dipengaruhi oleh kondisi perairan yang menjadi sumber air (muara, pantai, sungai) dan musim. Kondisi demikian membentuk komunitas yang khas, yakni komunitas rawa yang terbiasa dengan fluktuasi salinitas yang tinggi.

c) Perairan payau di paluh
Paluh adalah perairan laut yang menjorok jauh ke dalam daratan hingga membentuk (seperti) sungai. Adakalanya perairan tersebut bermuara kembali ke laut sehingga seperti mengelilingi sebuah pulau yang masuk ke daratan. Perairan paluh tidak berhubungan dengan sungai besar, sehingga tidak memiliki sumber air tawar yang besar. Namun demikian, perairan paluh umumnya berifat payau akibat besarnya pengaruh daratan (teresterial). Perairan ini bersifat payau yang cenderung asin. Perairan ini cenderung stagnan dan sirkulasi air terjadi akibat adanya tenaga pasang surut air laut.

Apa saja jenis hutan diIndonesia berdasarkan iklim dan sifat tanahnya?

Berdasarkan iklim 
Dari letak garis lintangnya, Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara dua benua dan di antara dua samudera membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan perbandingan jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup tiga daerah iklim.

Daerah tipe iklim A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober dan Januari, kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera; Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa; sisi barat Pulau Sulawesi. Daerah tipe iklim B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi; Maluku; sebagian besar Papua. Daerah tipe iklim C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura; Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.

Berdasarkan perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan hutan muson. Hutan gambut ada di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang pantai dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua. Hutan hujan tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili

Dipterocarpaceae (terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan Guttiferaceae. Di bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia, Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia. Hutan muson tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis), walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba), cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).
 
Berdasarkan sifat tanahnya 
Berdasarkan sifat tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove, dan hutan rawa. Hutan pantai terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti di pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa), waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan pandan (Pandanus tectorius). Hutan mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia, Sonneratia, dan Rhizopheria. Hutan rawa terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas (Koompassiaspp), dan ramin (Gonystylus spp).

Sebutkan jenis-jenis hutan diIndonesia berdasarkan biogeografinya?

Jenis-jenis Hutan di Indonesia Berdasarkan Biogeografi adalah:
Kepulauan Nusantara adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara tiga lempeng bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekat. Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini. Sejarah pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul. Masing-masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya.

Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat). Paparan Sunda adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada di sisi barat Garis Wallace. Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan dan Sulawesi, serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih mirip dengan flora fauna yang ada di daratan Benua Asia.

Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur). Paparan Sahul adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia) dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama biolog Max Weber yang, sekitar 1902, memperlihatkan bahwa persebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di Benua Australia.

Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian tengah). Lempeng bumi pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber. Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga memiliki unsur-unsur baik dari Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora fauna Asia tetap lebihbanyak terdapat di bagian barat dan jenis flora fauna Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat dalam sehingga fauna sukar untuk melintasinya dan flora berhenti menyebar.

Sebutkan bentuk interaksi antar organisme dalam ekosistem hutan?

a. Interaksi Antar-organisme atau Antar-individu
Memahami interaksi dalam ekosistem hutan harus dimulai dari pengamatan terhadap interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya atau organisme yang satu dengan organisme lainnya. Interaksi ini adalah suatu hal yang mutlak sebab suatu individu tak akan pernah lepas dari individu lainnya. Interaksi antar-individu tersebut bisa dengan mudah dijumpai di dalam sebuah populasi atau suatu komunitas. Interaksi antar individu dibedakan menjadi simbiosis, antibiosis dan predatorisme.
Simbiosis ini diartikan sebagai suatu pola hubungan bersama antara dua mahluk hidup yang berbeda jenis

Simbiosis ini kemudian dibagi lagi ke dalam 3 kelompok, antara lain:
  1.  Simbiosis mutualisme. Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua makhluk hidup yang berbeda tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis mutualisme adalah hubungan di antara jamur dan ganggang, hubungan bunga dan lebah, burung jalak dan juga badak dan masih banyak lagi lainnya. Hubungan antara bunga dan lebah misalnya, keduanya mendapatkan keuntungan dimana lebah mendapatkan madu bunga sekaligus membantu bunga dalam melakukan penyerbukan.
  2. Simbiosis Paratisme. Hubungan ini melibatkan dua mahluk hidup berbeda jenis dimana tercipta hubungan yang menguntungkan dan merugikan. Mahluk hidup yang dirugikan disebut inang dan yang mendapat keuntungan disebut dengan parasit. Contoh hubungan ini adalah kutu di kepala manusia, jamur di kulit, cacing pita di lambung dan masih banyak lagi lainnya.
  3. Simbiosis Komensialisme. Hubungan yang satu ini melibatkan dua mahluk hidup yang berbeda dimana yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak dirugikan. Contoh hubungan ini adalah tanaman anggrek dan pohon tempat ia hidup, ikan hiu dengan ikan remora dan masih banyak lagi lainnya. Bunga anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon mangga misalnya, namun si anggrek mampu membuat makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak merugikan pohon mangga. Sementara itu pola hubungan ikan hiu dan remora juga terbilang unik sebab remora akan mendapatkan sisa makanan yang dikonsumsi oleh hiu dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan si hiu.
  4. Antibiosis ini merupakan pola hubungan di antara makhluk hidup dimana salah satu individu mengeluarkan suatu zat yang bisa membahayakan individu lainnya. Contohnya jamur yang mengeluarkan racun yang menghambat atau bahkan mematikan makhluk hidup lainnya.
  5. Predatorisme adalah suatu hubungan dimana makhluk hidup yang satu memangsa makhluk hidup lainnya. Contoh hubungan ini adalah kucing memangsa tikus atau burung elang yang memangsa ular dan masih banyak lagi lainnya.

Apa saja komponen abiotik dalam ekosistem hutan?

a. Air. 
Hampir semua makhluk hidup membutuhkan air. Karena itu,air merupakan komponen yang sangat vital bagi kehidupan. Sebagian besar tubuh makhluk hidup tersusun oleh air dan tidak ada satupun makhluk hidup yang tidak membutuhkan air. Meskipun demikian, kebutuhan organisme akan air tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Begitu pula dengan ketersediaan air di suatu daerah, tidak sama antara daerah satu dengan yang lainnya. Hal ini juga akan mempengaruhi cara hidup organisme yang ada di daerah-daerah tersebut. Misalnya hewan yang hidup di daerah gurun akan memiliki kapasitas penggunaan air yang relatif sedikit sebagai penyesuaian terhadap lingkungan hidupnya yang miskin air. Berbagai jenis tumbuhan yang ada juga beradaptasi dengan keadaan tersebut, salah satunya dengan membentuk daun yang tebal dan sempit sehingga mengurangi penguapan, contohnya adalah tumbuhan kaktus.

b. Udara. 
Udara sangat penting bagi kehidupan di bumi ini. Oksigen diperlukan manusia dan hewan untuk bernapas atau karbondioksida yang diperlukan tumbuhan untuk berfotosintesis juga berasal dari udara. Bahkan bumi pun dilindungi oleh atmosfer yang merupakan lapisan-lapisan udara.
 
c. Cahaya matahari. 
Keadaan udara di suatu tepat dipengaruhi oleh cahaya matahari, kelembapan, dan juga temperatur (suhu). Intensitas cahaya matahari yang diterima oleh suatu daerah akan mempengaruhi kelembaban atau kadar uap air di udara. Selain itu, cahaya matahari juga menyebabkan peningkatan suhu atau temperatur udara. Adanya perbedaan temperatur menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara, sehingga udara mengalir atau bergerak membentuk angin. Kesemuanya memberikan pengaruh bagi organisme.

Cahaya matahari merupakan sumber energi utama semua makhluk hidup, karena dengannya tumbuhan dapat berfotosintesis. Sedangkan keberadaan uap air di udara akan mempengaruhi kecepatan penguapan air dari permukaan tubuh organisme. Organisme yang hidup di daerah panas (suhu udara tinggi dan kelembaban rendah) akan berupaya untuk mengurangi penguapan air dari dalam tubuh, misalnya unta yang merupakan hewan khas padang pasir. Sedangkan beruang kutub, karena hidup di lingkungan yang sangat dingin, beradaptasi dengan memiliki rambut yang tebal. Selain perbedaan suhu udara juga bisa menimbulkan angin, yaitu aliran udara akibat perbedaan tekanan. Sehingga organisme akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya pada tumbuhan. Tumbuhan yang hidup di daerah dengan angin yang kencang, daerah pantai misalnya, membentuk sistem perakaran yang kuat dan batang yang elastis supaya tidak mudah patah ketika diterpa angin. Contohnya jenis tumbuhan tersebut adalah cemara udang.

d. Tanah. 
Keberadaan suatu ekosistem juga dipengaruhi oleh kondisi tanah. Bila bumi hanya berisi batu dan logam, tanpa ada tanah maka tidak akan ada berbagai jenis tumbuhan dan organisme lainnya. Tanah merupakan  tempat hidup bagi berbagai jenis organisme, terutama tumbuhan. Adanya tumbuhan akan menjadikan suatu daerah memiliki berbagai organisme pemakan tumbuhan dan organisme lain yang memakan pemakan tumbuhan tersebut. Sebagai perbandingan adalah tanah yang subur dengan tanah yang tandus. Kualitas tanah bisa dilihat dari derajat keasaman (pH), tekstur (komposisi partikel tanah), dan kandungan garam mineral atau unsur hara.

e. Topografi 
Topografi  adalah letak suatu tempat dipandang dari ketinggian di atas permukaan air laut atau dipandang dari garis bujur dan garis lintang. Topografi yang berbeda menyebabkan perbedaan penerimaan intensitas cahaya, kelembaban, tekanan udara, dan suhu udara, sehingga topografi dapat menggambarkan distribusi makhluk hidup. Sedangkan iklim merupakan keadaan cuaca rata-rata di suatu tempat yang luas dalam waktu yang lama (30 tahun), terbentuk oleh interaksi berbagai komponen abiotik seperti kelembaban udara,suhu, curah hujan, cahaya matahari, dan lain sebagainya.Iklim mempunyai hubungan yang erat dengan komunitas tumbuhan dan kesuburan tanah. Contohnya adalah di daerah yang beriklim tropis, seperti Indonesia, memiliki hutan yang lebat dan kaya akan keanekaragaman hayati yang disebut hutan hujantropis sedang kan di daerah subtropis hutan seperti itu tidak dijumpai.