Berikut ini lokasi-lokasi perairan payau.
a) Perairan payau di muara sungai dan pantai
Sungai yang membawa air tawar dari daratan akan bermuara di pantai, sehingga air tersebut bercampur dengan air laut membentuk air payau. Akibatnya perairan di sekitar muara sungai bersifat payau. Berbeda dengan air tawar dan air laut, air payau memiliki salinitas dengan kisaran yang sangat lebar, yakni berkisar antara 6-29 ppt. Perairan payau memiliki salinitas yang berfluktuasi dan dengan kisaran yang sangat lebar. Kondisi demikian membentuk komunitas biota (darat dan air) yang khas. Kadar salinitas air payau di muara sungai dan pantai dekat muara sungai dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain: musim, kisaran pasang surut air laut, topografi pantai, dan sifat sungai. Pada pada musim penghujan, volume dan debit air sungai yang bersifat tawar meningkat, sehingga perairan di sekitar muara sungai dan patai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung tawar (salinitas 0-10 ppt). Sebaliknya, pada saat musim kemarau ketika volume dan debit air sungai kurang, maka perairan di sekitar muara sungai dan pantai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung asin (salinitas berkisar antara 25-35 ppt).
a) Perairan payau di muara sungai dan pantai
Sungai yang membawa air tawar dari daratan akan bermuara di pantai, sehingga air tersebut bercampur dengan air laut membentuk air payau. Akibatnya perairan di sekitar muara sungai bersifat payau. Berbeda dengan air tawar dan air laut, air payau memiliki salinitas dengan kisaran yang sangat lebar, yakni berkisar antara 6-29 ppt. Perairan payau memiliki salinitas yang berfluktuasi dan dengan kisaran yang sangat lebar. Kondisi demikian membentuk komunitas biota (darat dan air) yang khas. Kadar salinitas air payau di muara sungai dan pantai dekat muara sungai dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain: musim, kisaran pasang surut air laut, topografi pantai, dan sifat sungai. Pada pada musim penghujan, volume dan debit air sungai yang bersifat tawar meningkat, sehingga perairan di sekitar muara sungai dan patai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung tawar (salinitas 0-10 ppt). Sebaliknya, pada saat musim kemarau ketika volume dan debit air sungai kurang, maka perairan di sekitar muara sungai dan pantai dekat muara sungai menjadi bersifat payau yang cenderung asin (salinitas berkisar antara 25-35 ppt).
Kondisi pasang yang tinggi (spring tide) yang terjadi pada awal bulan komariah (bulan arab) dan pertengahan bulan (bulan purnama) ketika kedudukan bulan dan matahari tegak lurus dengan bumi, menyebabkan air laut masuk ke muara sungai bahkan masuk lebih jauh. Hal ini akan menyebabkan kadar salinitas air payau tinggi mendekati asin. Tetapi pada pasang biasa (neap tide), salinitasnya tidak banyak berfluktuasi, karena air laut tidak besar pengaruhnya terhadap perairan payau di sekitarnya.
b) Perairan payau di rawa
Rawa payau adalah genangan air yang terbentuk akibat adanya legokan (cekungan) di belakang garis pantai yang digenangi air saat pasang air laut. Pada saat surut, air tersebut tetap tinggal dalam cekungan akibat tertahan oleh pantai. Elevasi pantai lebih tinggi dari dasar rawa payau akibat sedimentasi atau proses alamiah lainnya. Selain oleh pengaruh pasang surut air laut, penggenangan (inundasi) rawa payau bisa disebabkan oleh adanya saluran sempit yang menghubungkan rawa tersebut dengan laut. Berbed dengn perairan payau pada muara sengai dan pantai, perairan rawa payau, airnya bersifat stagnan. Salinitas perairan rawa payau dipengaruhi oleh kondisi perairan yang menjadi sumber air (muara, pantai, sungai) dan musim. Kondisi demikian membentuk komunitas yang khas, yakni komunitas rawa yang terbiasa dengan fluktuasi salinitas yang tinggi.
c) Perairan payau di paluh
Paluh adalah perairan laut yang menjorok jauh ke dalam daratan hingga membentuk (seperti) sungai. Adakalanya perairan tersebut bermuara kembali ke laut sehingga seperti mengelilingi sebuah pulau yang masuk ke daratan. Perairan paluh tidak berhubungan dengan sungai besar, sehingga tidak memiliki sumber air tawar yang besar. Namun demikian, perairan paluh umumnya berifat payau akibat besarnya pengaruh daratan (teresterial). Perairan ini bersifat payau yang cenderung asin. Perairan ini cenderung stagnan dan sirkulasi air terjadi akibat adanya tenaga pasang surut air laut.
b) Perairan payau di rawa
Rawa payau adalah genangan air yang terbentuk akibat adanya legokan (cekungan) di belakang garis pantai yang digenangi air saat pasang air laut. Pada saat surut, air tersebut tetap tinggal dalam cekungan akibat tertahan oleh pantai. Elevasi pantai lebih tinggi dari dasar rawa payau akibat sedimentasi atau proses alamiah lainnya. Selain oleh pengaruh pasang surut air laut, penggenangan (inundasi) rawa payau bisa disebabkan oleh adanya saluran sempit yang menghubungkan rawa tersebut dengan laut. Berbed dengn perairan payau pada muara sengai dan pantai, perairan rawa payau, airnya bersifat stagnan. Salinitas perairan rawa payau dipengaruhi oleh kondisi perairan yang menjadi sumber air (muara, pantai, sungai) dan musim. Kondisi demikian membentuk komunitas yang khas, yakni komunitas rawa yang terbiasa dengan fluktuasi salinitas yang tinggi.
c) Perairan payau di paluh
Paluh adalah perairan laut yang menjorok jauh ke dalam daratan hingga membentuk (seperti) sungai. Adakalanya perairan tersebut bermuara kembali ke laut sehingga seperti mengelilingi sebuah pulau yang masuk ke daratan. Perairan paluh tidak berhubungan dengan sungai besar, sehingga tidak memiliki sumber air tawar yang besar. Namun demikian, perairan paluh umumnya berifat payau akibat besarnya pengaruh daratan (teresterial). Perairan ini bersifat payau yang cenderung asin. Perairan ini cenderung stagnan dan sirkulasi air terjadi akibat adanya tenaga pasang surut air laut.
No comments:
Post a Comment